MAKALAH
TEHNOLOGI
INFORMASI KEPERAWATAN “ KATARAK “
OLEH :
sukma suci
07.12.073
AKPER PUTRA PERTIWI WATANSOPPENG
TAPEL 2013/2014
KATA PENGANTAR
Dengan
memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah, atas berkat rahmat dan ridho-Nya jualah
penulis dapat menyelesaikan dengan tepat walaupun dalam bentuk yang sangat
sederhana.
Penulisan
makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen Mata kuliah Tehnologi Informasi
Keperawatan. Namun kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Akan tetapi betapa pun kecilnya suatu karya apabila kita mampu
mengkaji dan memanfaatkannya akan berguna juga bagi kita. Dan akan merupakan
suatu kebanggaan bagi penulis bagi pembaca bersediah memberi krtik dan saran dalam upaya perbaikan
selanjutnya dalam rangka mencapai hasil yang seoptimal mungkin. Penulis makalah
ini tidak dapat terwujud tanpa bantuan, motivasi, saran/petunjuk dari berbagai
pihak.
Dengan
penuh kerendahan hati secara tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah turut membantu dalam penulisan makalah ini terutama
kepada Bapak/Ibu Dosen sebagai pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya
demi memberikan bimbingan, arahan, motivasi hingga selesainya makalah ini. Akhirnya,
kepada Allah SWT penulis berharap semoga bantuan yang diberikan kepada penulis
bernilai ibadah disisinya.Amin…..
Watansoppeng,
20 Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul
KATA
PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR
ISI.................................................................................................. ii
PENDAHULUAN
A.LATAR
BELAKANG........................................................................ 4
. B. TUJUAN........................................................................................... 5
. C. RUMUSAN
MASALAH.................................................................... 6
TINJAUAN
MASALAH
1.
Definisi katarak.......................................................................... 7
2.
Klasifikasi katarak...................................................................... 7
3.
Etiologi katarak.......................................................................... 10
4.
Patofisiologi............................................................................... 11
5.
Manifestasi
Klinis Katarak......................................................... 12
6.
Pemeriksaan Diagnostik ............................................................ 14
7.
Penatalaksanaan
Katarak........................................................... 15
PENUTUP
A. KESIMPULAN................................................................................. 16
B. SARAN............................................................................................ 16
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................17
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Katarak merupakan salah satu penyakit
yang menyerang mata yang merupakan salah satu jenis penyakit mata tenang visus
menurun perlahan. Katarak adalah keadaan dimana terjadi kekeruhan pada lensa
yang dapat terjadi akibat hidrasi ( penambahan cairan ) lensa, denaturasi
protein lensa, atau akibat keduanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan
secara progresif ( Istiqomah,
Indriyana N. 2004 ).
Kata katarak berasal dari bahasa Latin,cataracta,
atau dalam bahasa Yunani,
kataraktes, yang berarti terjun seperti air. Istilah ini dipakai orang Arab sebab orang-orang dengan kelainan ini
mempunyai penglihatan yang seolah-olah terhalang oleh air terjun .( American
Academy Ophtalmology, Lensand Cataract. Basic and clinical Science yCourse,
Section, 2006) Katarak dapat menimbulkan gangguan penglihatan seperti
penglihatan kabur, penglihatan bagian
sentral hilang sampai
menjadi buta setelah 10-20 tahun dari mulai terjadinya kekeruhan lensa ( Price,
Sylvia Anderson. 2005).
WHO memperkirakan terdapat 45 juta
penderita kebutaan didunia,
dimana sepertiganya berada di Asia Tenggara. Angaka
kebutaan di Indonesia tertinggi
bila dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara (DepkesRI, 2003).
Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-1996 menunjukan
bahwa angka kebutaan sebesar 1,5%. Penyebab kebutaan adalah katarak sebesar
0,78%, glaucom 0,2%, kelainan refraksi
sebesar 0,14%, dan penyakit lain yang berhubungan lanjut usia sebesar 0,38%. Jumlah buta katarak diIndonesia, terdapat 16%buta katarak pada usia produktif (40
sampai 54 tahun), pada hal sebagai penyakit degenerative buta
katarak umumnya terjadi pada usia lanjut ( Ilyas, Sidarta. 2004 ).
Menurut data survei Kesehatan Rumah Tangga
– survei kesehatan Nasional ( SKRT SUSENAS ) tahun 2001, prevalensi katarak di
Indonesia sebesar 4,99%. Prevalensi katarak jawa Bali sebesar 5,48% lebih
tinggi.
B.
TUJUAN
1.
Tujuan
Umum
Untuk
mengetahui bagaimana faktor bisa
mempengaruhi terjadinya penyakit katarak terutama di Indonesia.
2.
Tujuan
khusus
a. Untuk
mengetahui bagaimana Individu dan keluarga mengetahui bagaimana penyakit katarak
itu
b. Untuk
mengetahui bagaimana klasifikasi,gejala serta penyebab sehingga terjadi
penyakit katarak
c. Untuk
mengetahui bagaiamana individu bisa mengetahui rentang usia seseorang cenderung
terkena peyakit katarak
d. Untuk
mengetahui bagaimana tata cara penatalaksanaan penyakit katar
C.
RUMUSAN MASALAH
Apakah yang menjadi faktor sehingga
katarak itu merupakan salah satu pengaruh terbesar terjadinya kebutaan pada
seseorang terutama di Indonesia?
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
DEFINISI
KATARAK
Katarak adalah penurunan progresif
kejernihan lensa,lensa menjadi keruh,atau berwarna putih abu-abu dan ketajaman
penglihatan berkurang.
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran
yang di proyeksi pada retina yang merupakan penyebab umum kehilangan pandangan
secara bertahap ( Smeltzer, C Suzanne. 2001 ).
B.
KLASIFIKASI
KATARAK
1.
Katarak
konginetal
Katarak konginetal merupakan
kekeruhan lensa yang di dapatkan sejak lahir dan terjadi akibat gangguan
perkembangan embrio intraterin.Katarak konginetal terbagi atas :
a. Katarak
remetar dan zonular
Bila pada permulaan perkembangan serat
lensa normal dan kemudian menjadi gangguan perkembangan serat lensa
b. Katarak
polaris posterior
Katarak ini terjadi karena akibat arteri
siloid yang menetap pada saat tidak di butuhkan lagi oleh lensa untuk
metabolismenya.
c. Katarak
Polaris anterior
Katarak ini akibat gannguan perkembangan
lensa pada saat mulai terbentuknya plakoda lensa.
d. Katarak
sentral
Katarak ini merupakan katarak halus yang
terlihat pada bagian nucleus embrional.
2.
Katarak
senile
Katarak senil adalah katarak yang semua kekeruhan lensa yg terdapat
pada usia lanjut yaitu usia di atas 30 tahun,katarak senile terbagi atas :
a. Katarak
insipiens
Dimana mulai timbul katarak akibat
proses degenerasi lensa kekeruhan,akan mengeluh gangguan pengelihatan seperti
melihat ganda dengan satu matanya
b. Katarak
ematur
Dimana pada stadium ini lensa yang
degenerative mulai terserap cairan mata kedalam lensa sehingga lensa menjadi
cembung.
c. Katarak
matur,
Dimana merupakan proses degenerasi
lanjut lensa dimana terjadi kekeruhan seluruh lensa.
3.
Katarak
traumatic
Adalah katarak yang terjadi akibat
trauma lensa mata,serta robekan pada kapsul sebagai akibat taraum dari benda
tajam.
4.
Katarak juvenile
Adalah
katarak yang terlihat setelah usia 1 tahun,dapat terjadi karena :
a. Lanjutan
katarak konginetal yang semakin nyata.
b. Penyulit
penyakit lain,katarak komplikata yang dapat menjadi akibat:penyakit local pada
mata seperti glaucoma dan penyakit sistemik seperti diabetes.
5.
Katarak
komplikata
Katarak yang terjadi akibat gangguan
keseimbangan susunan sel lensa,factor fisik atau kimiawi sehingga terjadi
gangguan kejernihan lensa.
6.
Katarak
diabetika
Katarak yang disebabkan oleh
penyakit diabetes ( Sidarta Ilyas, dkk. 2003).
C.
ETIOLOGI
1.
Degeneratif
Biasanya di jumpai pada katarak senile
di karenakan proses degenerasi atau kemungkinan serat lensa karena proses
penuaan dan kemungkinan besar menurunnya penglihatan.
2.
Trauma
Contohnya terjadi pada katarak
traumatic,seperti trauma tembus pada mata yang di sebabbkan oleh benda tajam
atau tumpul,radiasi(terpapar oleh sinar-X atau benda-benda radioaktif).
3.
Penyakit
sistemik diabetes mellitus
Contohnya terjadi pada katarak diabetika
di karenakan gangguan metabolisme tubuh secara umum dan di retina sehinnga
mengakibatkan kelainan retina dan pembuluh-pembuluh darahnya.
4.
Efek
congenital
Salah satu kelainan herediter sebagai
akibat infeksi virus prenatal dan katarak developmentasi terjadi pada
tahun-tahun awal kehidupan sebagai akibat dari defek konginetal. Kedua bentuk
ini mungkin di sebabkan oleh factor heredriter,toksis,nutrisional,dan proses
peradangan ( http://aqibpoenya.wordpress.com/askep-katarak/
).
D.
PATOFISIOLOGI
Lensa yang normal adalah struktur
posterior yang jernih (bening),transparan terbentuk seperti kantung
baju,mempunyai kekuatan refraksi yang besar,Lensa mengandung 3 kompenen
anatomis. Pada zona sentral terdapat nucleus,di perifer ada korteks dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya
usia Nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar
opositas tedapat densitas seperti di anterior dan anterior nucleus. Opositas
pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak
seperti Kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam
lensa mengakibatkan hilangnya transparasi perubahan pada serabut halus multiple
(Zanula) yang memanjang dari badab silier ke daerah luar lensa misalnya dapat
menyebabkan koagulasi,sehingga mengakibatkan menghambat pandangan dan jalannya
cahaya ke retina.Salah stu teori menyebutkan terputusnya protein lensa terjadi
di sertai influx air ke dalam lensa,teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam lensa dari degenarasi,jumlah enzim akan menurun dan tidak
ada pada pasien yang menderita katarak (http://askep-kesehatan-stikes-panrita-husada.blogspot.com/2012/09/asuhan-keperawatan-klien-katarak.html
).
E.
MANIFESTASI
KLINIS
1. Gejala subjektif dari pasien
dengan katarak antara lain:
a.
Biasanya klien melaporkan
penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional
yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
b.
Menyilaukan dengan distorsi bayangan
dan susah melihat di malam hari
2. Gejala objektif biasanya
meliputi:
a.
Pengembunan seperti mutiara
keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika
lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan
dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan
menjadi kabur atau redup.
b.
Pupil yang normalnya hitam
akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil
mata seakan akan bertambah putih.
c.
Pada akhirnya apabila katarak
telah matang pupil akan tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada
mata menjadi negatif.
3. Gejala umum gangguan katarak
meliputi:
a.
Penglihatan tidak jelas,
seperti terdapat kabut menghalangi objek.
b.
Gangguan penglihatan bisa
berupa :
a)
Peka terhadap sinar atau
cahaya.
b)
Dapat melihat dobel pada satu
mata (diplobia).
c)
Memerlukan pencahayaan yang
terang untuk dapat membaca.
d)
Lensa mata berubah menjadi
buram seperti kaca susu.
e)
Kesulitan melihat pada malam
hari
f)
Melihat lingkaran di sekeliling
cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata
g)
Penurunan ketajaman
penglihatan ( bahkan pada siang hari )
4. Gejala lainya adalah :
a.
Sering berganti kaca mata
b.
Penglihatan sering pada salah
satu mata.
Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan tekanan di
dalam mata (glukoma) yang bisa menimbulkan rasa nyeri (http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35543KepSensoridanPersepsi AskepKatarak.html )
F.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1.
Kartu mata snellen/mesin
telebinokular (test ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : mungkin
terganggu dengan kerusakan kornea,lensa, akueus atau vitreus humor, kesalahan
refraksi, atau penyakit sistem saraf atau penglihatan ke retina atau
jalan optik.
2.
Lapang penglihatan :
penurunan mungkin disebabkan oleh CSV, massa tumor pada hipofisis/ otak,
karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
3.
Pengukuran tonografi :
mengkaji intraorkuler (TIO) (NORMAL 12-25 mm Hg).
Pengukuran gonioskopi : membantu membedakan sudut terbuka atau sudut tertutup glaukoma.
Pengukuran gonioskopi : membantu membedakan sudut terbuka atau sudut tertutup glaukoma.
4.
Test provokatif :
digunakan dalam menentukan adanya/tipe glaukoma bila TIO normal atau hanya
meningkat ringan.
5.
Pemeriksaan oftalmoskopi :
mengkaji struktur internal okuler, mencatat atropi lepeng optik, papiledema,
pendarahan retina,dan mikroaneurisme. Dilatasi dan pemeriksaan belahan-lampu
memastikan diagnosa katarak.
6.
Darah lengkap, laju
sedimentasi (LED) : menunjukan anemia sistemik/ infeksi.
EKG, kolestrol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk memastikan arterosklerosis, PAK.
EKG, kolestrol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk memastikan arterosklerosis, PAK.
7.
Test toleransi glaukosa/
FBS : menentukan adanya/kontrol diabetes.
G.
PENATALAKSANAAN
KATARAK
Tidak ada terapi obat untuk katarak dan
tak dapat di ambil dengan pembasaran laser, namun masih terus dilakukan
penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru TE dapat digunakan untuk
mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula.
Pembedahan di indikasikan bagi mereka
yang memiliki penglihatan akut. Pembedahan katarak adalah pembedahan yang
sering dilakukan pada orang yang berusia lebih dari 65 thn. Ada 2 macam teknik
pembedahan tersedia untuk peningkatan katarak : ekstraksi intrakapsuler dan
ekstrakapsuler.
Teknik ekstraksi intrakapsuler adalah
teknik yang tidak akan menimbulkan katarak sekunder karena seluruh lensa
bersama kapsul dikeluarkan, dapat dilakukan pada katarak senile yang matur dan
zanula zhin telah rapuh, namun tidak bisa dilakukan pada pasieb yang berusia
kurang dari 40 tahun, sedangkan teknik ekstraksi ekstrakapsuler adalah teknik
yang paling umum digunakan dimana isi lensa dikeluarkan melalui pemerahan atau
perobekan kapsul lensa anterior sehingga korteks dan nucleus lensa dapat
dilakukan melalui robekan tersebut namun dengan teknik ini dapat timbul
penyakit katarak sekunder ( Dongoes, Marilynn E. 2000 ).
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Katarak
adalah penurunan progresif kejernihan lensa,lensa menjadi keruh,atau berwarna
putih abu-abu dan ketjaman penglihatan berkurang.
Tidak ada terapi obat untuk katarak dan
tak dapat di ambil dengan pembasaran laser, namun masih terus dilakukan
penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru TE dapat digunakan untuk
mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula.
Pembedahan di indikasikan bagi mereka
yang memiliki penglihatan akut. Pembedahan katarak adalah pembedahan yang
sering dilakukan pada orang yang berusia lebih dari 65 thn. Ada 2 macam teknik
pembedahan tersedia untuk peningkatan katarak : ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler.
B.
SARAN
Penulis mengharapkan kritikan dan
saran dari pembaca agar penulisan makalah selanjutnya lebih sempurna lagi,
karena sebuah karya akan lebih sempurna jika ada yang melengkapi satu sama
lain. Sebagai generasi muda penerus bangsa mereka mampu menghasilkan
karya-karya yang bersifat ilmiah, dan mampu menuangkan ide-ide dan gagasan yang
bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Dongoes, Marilynn E. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan. Edisi 3. ( I Made
Kariasa, dkk, penerjemah). Jakarta : EGC.
Istiqomah, Indriyana N. 2004. Asuhan
Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta : EGC.
Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu
Perawatan Mata. Jakarta : CV. Sagung Seto.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Phathophysiologi
Clinical Contect Of Disease Processe. Edisi
2. (Peter Anugrah, penerjemah). Jakarta : EGC.
Smeltzer, C Suzanne. 2001. Keperawatan
Medikal Bedah. Edisi 2. ( H. Kuacara, dkk,
penerjemah ). Jakarta : EGC.
Sidarta Ilyas, dkk.
2003. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Gaya Baru.